Meulaboh — Dua investor dalam negeri pada 2013 membangun pabrik karet di Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh, karena komoditas kompetensi inti wilayah itu sudah mencapai target produksi ekspor.
Asisten II Pemkab Aceh Barat Hasan Abdullah di Meulaboh, Minggu (23/12) mengatakan kedua investor tersebut sudah lebih awal menjajaki kerja sama dan mengelola hak guna usaha (HGU) perkebunan karet di wilayah setempat.
“Kami perkirakan dalam 2013 dua pabrik pengolah bahan baku karet mentah di Aceh Barat ini sudah beroperasi dan investor akan memperkerjakan 50 hingga 70 persen putra daerah,” katanya.
Asisten membidangi ekonomi Aceh Barat itu menjelaskan, diperkirakan pabrik yang dibangun investor tersebut akan mampu mengolah bahan baku karet mentah setara ekspor karena berkapasitas 5.000 ton/jam.
Sementara luas areal tanaman karet wilayah dijuluki bumi “Teuku Umar” tersebut sudah mencapai 30.000 hektare dengan produksi 40,6 ton/hektare/minggu dan diperkirakan mampu mengekspor 30 ton/minggu.
Adapun perusahaan perkebunan penanam investasi industri pengolah karet itu yakni PT Potensi Bumi Sakti (PBS) di Gampong (desa) Gle Siblah, Kecamatan Woyla Barat serta PT Sari Inti Rakyat (SIR) di Kecamatan Panton Reu.
“Kedua perusahaan ini memang sudah menyediakan pabrik karet atau kram rabel namun masih dalam tahap pemantapan kontruksi agar dapat beroperasi secara berkelanjutan mengolah bahan baku karet lebih maksimal,” imbuhnya.
Lebih lanjut dikatakan, di Kabupaten Aceh Barat terdapat 15 investor PMDN yang sudah melakukan kerja sama dengan pemerintah daerah dan diharapkan investor lain dapat menyusul membangun industri pengolahan sesuai bidangnya.
Sebut Hasan Abdullah, bila pabrik pengolahan bahan baku karet mentah sudah tersedia akan ada nilai tambah bagi masyarakat petani dan pemerintah daerah serta dapat menekan pula angka pengangguran dan kemiskinan di wilayah itu.
Kata dia, selama ini yang menjadi faktor rendahnya harga beli karet basah di tingkat petani oleh panjangnya mata rantai penjualan serta kondisi cuaca yang tidak menentu.
“Kondisi hujan juga mempengaruhi harga karet Aceh Barat, namun kita harapkan dengan adanya pabrik karet ini sudah ada nilai tambah, dapat menekan angka pengangguran dan kemiskinan serta meningkatkan PAD,” katanya menambahkan.
Lanjutnya, selain karet Aceh Barat juga berpotensi dalam pengembangan kelapa sawit, hal itu dibuktikan oleh tersedianya dua pabrik dan luasnya areal penanaman sawit tersebar di sejumlah kecamatan pedalaman.
Selain itu kata dia, di wilayah setempat juga tersedia pabrik pengolah crude palm oil (CPO) milik perusahaan perkebunan sawit PT Mapoli Raya dan PT Karya Tanah Subur (KTS) yang selama ini menampung hasil produksi sawit masyarakat di pantai barat Aceh. (ant/bisnis)
Belum ada komentar