Seputaraceh

Aceh Raih 2 Rekor Dunia untuk Belajar Bahasa Inggris

Aceh raih rekor dunia. (foto kompas.com)
Aceh raih rekor dunia. (foto kompas.com)

Banda Aceh — Hampir sekitar 5000 orang peserta yang terdiri dari pelajar tingkat SD, SMP, SMA dan mahasiswa serta masyarakat umum dalam mengikuti belajar bahasa Inggris massal yang diselenggarakan Komunitas Bahasa Inggris, Mister English Club (MEC) Aceh.

Acara yang berlangsung di Stadion Harapan Bangsa, Sabtu (30/6) kemarin, akhirnya membuat sejarah baru bagi Aceh dengan mendapatkan dua penghargaan dunia, yakni dari Guinness Royal World Record dan Amazing World Record yang diserahkan langsung oleh masing-masing perwakilan lembaga pencatat rekor dunia tersebut.

Perwakilan dari Guinness Royal World Record, Ron Muller serta perwakilan dari Amazing World Record, Paavan Solanski secara langsung menyerahkan sertifikat rekor dunia kepada panitia pelaksana, Teuku Rusdy yang juga merupakan salah satu penggagas acara training bahasa Inggris yang memperkenalkan metode Active Plus Practice Learning (APPLE).

Komunitas MEC.
Komunitas MEC.

Sementara itu, dua perwakilan dunia dari masing-masing lembaga mengaku bangga dengan apa yang dilakukan oleh anak-anak muda di Aceh.

“Saya sangat bangga bisa berada di tengah-tengah anak muda yang selalu aktif dengan berbagai kreativitasnya. Bahasa Inggris adalah jendela menuju dunia global, dan saya berharap anak muda di Aceh bisa masuk ke dunia global dengan menguasai bahasa Inggris,” ungkat Muller.

Tidak hanya itu, Solanski juga kagum dengan jumlah peserta yang ikut training di Aceh dengan begitu antusias dibandingkan negaranya di India. “Di India hanya pernah melibatkan 500 sampai 700 orang. Saya sangat bangga bisa menyerahkan sertifikat ini,” tegasnya.

Panitia pelaksana sendiri mengungkapkan acara yang digagas Rusdy dengan teman-teman di Komunitas MEC tidak begitu ada respon dari pihak pemerintah, walaupun sudah dipersiapkan jauh-jauh hari pada awal tahun 2012. “Persiapan acara ini sudah kami lakukan sejak awal tahun, dan dengan berbagai upaya, akhirnya kegiatan ini terlaksana. Inti dari kegiatan ini adalah bagaimana anak-anak di Aceh bisa mendapatkan pelajaran berbahasa Inggris dengan tidak mengeluarkan biaya besar,” jelas Rusdy.

Rusdy mengaku sudah mencari bantuan dari pemerintah Aceh, namun pihak pemerintah hanya bisa menyediakan tempat pelaksanaan, dari segi dana mereka tidak bisa membantu, karena menurut Rusdy, itu disebabkan oleh transisi pemerintahan lama ke yang baru.

Selain itu, tambah Rusdy, kegiatan ini juga bertujuan untuk memberi gambaran tentang Aceh kepada dunia, bahwa Aceh adalah tempat yang aman dan pantas mendapat penghargaan. “Pelatihan ini tidak hanya berlangsung satu hari saja, tapi berlanjut hingga enam bulan,” kata Rusdi. (dbs)

Belum ada komentar

Berita Terkait