GELARAN Festival Film Eropa bertajuk Europe on Screen (EOS) 2014 kembali akan digelar di Indonesia pada tahun ini, dengan menampilkan 71 film yang berasal dari 26 negara di Eropa.
EOS yang diselenggarakan untuk ke empat belas kalinya, tahun ini akan berlangsung pada 2-11 Mei di Jakarta dan delapan kota lainnya di Indonesia seperti Aceh, Bandung, Denpasar, Makassar, Medan, Padang, Surabaya dan Yogyakarta.
“Eropa sebenarnya membuat film sebanyak Amerika Serikat. Namun, banyak film Eropa yang tidak diimpor ke Indonesia. Jadi, ini kesempatan kalian untuk menyaksikannya,” kata Direktur Festival EOS 2014 Orlow Seunke pada jumpa pers di Jakarta, Selasa (22/4/2014).
Penonton bisa menyaksikan semua film di festival tersebut secara gratis. Untuk di Jakarta, film-film pada EOS akan diputar pada sejumlah tempat seperti Erasmus Huis, Goethe Haus, Insituto Italiano di Cultura, Institut Francais-Indonesia dan Taman Kodok.
Festival tersebut terbagi menjadi tiga kategori dan tiga sub-kategori lainnya.
Pada kategori XTRA, EOS 2014 akan menayangkan 15 film-film besar dari Eropa sedangkan pada kategori DISCOVERY,”kami menjamin film-film yang sama bagusnya namun dibuat oleh sutradara yang kurang terkenal dan diperankan oleh aktor-aktris yang kurang terkenal pula,” kata Orlow.
Pada kategori DOCU terdapat 15 film dokumenter seperti Klitschko dan Light Fly, Fly High.
Festival tersebut juga akan menghadirkan tujuh film khusus kategori anak-anak.
Orlow Seunke mengatakan bahwa jumlah penikmat EOS semakin bertambah setiap tahunnya.
“Pada 2012 kami mempunyai 7.904 penonton sedangkan pada 2013 ada 15.555 penonton yang hadir. Jumlah mereka tumbuh hingga 97 persen,” kata dia.
Selain pemutaran film, EOS juga akan menghadirkan tamu-tamu spesial, mengadakan workshop dan diskusi film serta pemutaran 10 film dari finalis kompetisi film pendek EOS.
Festival film eropa tersebut merupakan inisiatif bersama dari sejumlah kedutaan besar dan pusat kebudayaan Eropa di Indonesia.
Festival tersebut diselenggarakan di Indonesia untuk pertama kalinya pada 1990, kemudian yang kedua pada 1999.
Sejak 2003, festival tersebut mulai diselenggarakan tiap tahunnya di bawah slogan Europe on Screen.
Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia Olof Skoog mengatakan bahwa film bukan hanya ekspresi menakjubkan dari keragaman budaya Eropa bamun juga merupakan cara yang ampuh untuk mengomunikasikan ide-ide lintas negara.
“Saya harap film-film yang kalian tonton merupakan cerminan dari keanekaragaman dan kreativitas Eropa,” kata Dubes Olof Skoog. Festival tersebut juga bertujuan untuk meningkatkan hubungan persahabatan antar Uni Eropa dan Indonesia.
Setelah jumpa pers, EOS menayangkan film dokumenter berjudul Searching for Sugar Man sebagai film pra-festival.
Film yang disutradarai oleh malik Bendjelleoul tersebut menceritakan tentang dua warga negara Afrika Selatan yang mencari musisi yang terlupakan pada tahun 1970-an bernama Rodriguez.
Rodriguez adalah musisi berdarah Meksiko-Amerika. Album musik Rodriguez tidak laku dijual di negaranya dan sekaligus mengakhiri karirnya sebagai musisi.
Namun demikian, lagu-lagu Rodriguez menjadi lagu perjuangan pada jaman revolusi Apartheid di Afrika selatan.
Rodriguez tidak pernah merasakan kesuksesan atau pun menerima royalti dari hasil karyanya walaupun namanya lebih disanjung dan terkenal dari musisi sekelas Elvis Presley maupun Rolling Stones sekalipun di Afrika Selatan.
Searching for Sugar Man telah memenangi Sundance Audience Award pada 2012 untuk film dokumenter terbaik dan piala Oscar 2013 untuk kategori Feature Dokumenter. Jadwal dan informasi lebih lanjut dapat dilihat di laman resmi EOS www.europeonscreen.org. (ant)
[accordion]
[acc_item title=”Jadwal Tayang di Aceh”]
[/acc_item]
[/accordion]
Belum ada komentar