Jakarta – Aceh punya potensi menjadi basis baru bagi jaringan terorisme. Ada kemungkinan, jaringan yang di Aceh, lebih besar dari Noordin M Top.
“Bisa lebih besar dari Noordin Top yang bergerak Solo dengan formasi 124. Kalau yang di Aceh ini persis formasi Mindanao, lebih global,” kata pengamat terorisme, Mardigu.
Menurut Mardigu, Al Qaeda memanfaatkan Mindanao untuk latihan perang. Targetnya tidak hanya untuk memerdekakan Filipina Selatan, tapi juga lebih besar lagi untuk menyiapkan kader terorisme.
Dalam kasus Aceh, Al Qaeda juga memakai Aceh untuk pusat latihan teroris setelah sebelumnya gagal di Ambon dan Poso.
“Aceh itu teritori berikutnya setelah Ambon dan Poso. Jadi terorisme ini benar-benar dari pusatnya yang holistik. Jadi sangat berbahaya,” tegas Mardigu.
Jaringan terorisme di Aceh lebih berbahaya dibandingkan jaringan terorisme yang dipimpin Noordin M Top. Jaringan Aceh lebih terstruktur, global dan langsung berhubungan dengan Al Qaeda pusat.
“Ini lebih besar dari Noordin Top yang bergerak solo dengan formasi 124. Kalau yang di Aceh ini persis formasi Mindanao, lebih global,” kata Mardigu.
Noordin M Top yang tewas di Solo hanyalah produk dari jaringan terorisme. Siapa yang membuat Noordin M Top belum ditumpas. Jaringan inilah yang diduga bermain di Aceh.
“Noordin itu tidak bisa bahasa Arab, Noordin tidak pernah ke Afghanistan. Dia hanya produk, produsennya belum ditumpas, jadi biangnya belum dapat,” tegas Mardigu.
“Mungkin Aceh akan menjadi kayak Magelang, jadi seperti Akabri-nya teroris,” jelasnya.(*/inilah.com)
Belum ada komentar