Seputaraceh

Early Warning System dari Pusdalops BPBD Sumbar

Early Warning System dari Pusdalops BPBD Sumbar
Early Warning System dari Pusdalops BPBD Sumbar

Padang — Bencana gempa dan tsunami menjadi cerita sepanjang tahun warga Sumatera Barat (Sumbar), pemerintah sangat konsen dalam upaya penyelamatan warga kalau betul bencana tsunami itu terjadi.

Bahkan ditempa kepedulian terhadap pengurangan resiko terhadap bencana, Pusdalops BPBD Sumbar berhasil menciptakan early warning system (EWS) dengan biaya murah karena bahan lokal dirakit oleh putra terbaik Sumbar yang bekerja di Pusdalops.

“EWS Made in Pusdalops Sumbar ini kita peruntukan untuk Indonesia,” ujar Koordinator Manager Pusdalops BPBD Sumbar Ade Edward, Senin (7/1).

Menurutnya EWS di Sumbar sudah dimulai dari 2009, pascagempa Sumbar 30 September. “Lima teknisi mencoba mengembangkan EWS ala Pusdalops yang bisa dimanfaatkan untuk memperingati masyarakat kala Gempa memicu tsunami,” ujar Ade.

Kelebihan EWS ini, komponen lokal dan dirakit oleh putra-putra Sumbar. Dan pada 2012 EWS made in Pusdalops Sumbar ini diizinkan untuk dikembangkan.

“BNPB sangatwellcomemenyetujui 34 unit termasuk pusat kendalinya. EWS Pusdalops Sumbar ini, komponen lokal dirakit oleh putra Sumbar sendiri, bisa bunyi sirine dan kata lisan langsung dengan jangkauan siang 700 radius meter, malam hari radiusnya 1,5 kilometer, terus berteknologi solar shell”ujarnya. EWS ini adalah sistem peringatan dini di level provinsi dan terintegrasi dengan sistem nasional, baru Sumbar pertama yang punya,”terang Ade.

Komponen dasarnya dari EWS ini, toa (pengeras suara) amplifer, unit radio kontrol, unit kontral dan sollar sell dan aki/batrey serta tower.

“Kalau jujur mengerjakannya termasuk pajak tak habis satu unit itu Rp 50 juta,” ujarnya.

Menurut Ade idealnya Sumbar butuh 600 unit EWS ini, sehingga bisa dipasang di setiap kelurahan, jorong di sepanjang pesisir Barat Sumbar.

“Kalau masuk Mentawai butuh tambahan 100 unit EWS ini. Hebatnya untuk perawatan aki atau batreynya sekali dalam dua tahun diganti. Jadi biaya pemeliharaan tidak membebani anggaran,”ujarnya. (indonesiarayanews.com)

Belum ada komentar

Berita Terkait