“Matee Aneuk Meupat Jrat, Gadoh Adat Pat Tamita” Mati anak ada penanda (nisan), hilang adat tak bisa dicari.
Itulah penggalan singkat dalam sebuah sebuah film dokumenter dengan durasi 20 menit yang mengangkat pernikahan adat Aceh sebagai warisan budaya. Ditujukan sebagai referensi dan media kontemplasi diantara fenomena modernitas yang semakin luas.
Seperti disebut dalam akun @mindbenderID, asal usul ide dari film tersebut juga menggambarkan akan sebuah khasanah yang begitu bernilai harganya.
“Terpikir ide bikin film #Judoh karena ingin berbagi esensi nilai-nilai budaya kita. Selama proses pembuatan banyak wisdom kami temukan”, tulis akun proyek film tersebut.
Berikut ini kami kutip dari wujudkan.com, sebuah situs kreatif sosial dalam berbagi proyek tentang film dokumenter Judôh yang diposting oleh pengagasnya, Farhaniza.
Kami adalah anak muda yang menjalani perubahan zaman. Menyadari modernitas menggeser fungsi dan metode adat dalam penjagaan nilai serta mempercayai adat adalah bagian dari identitas dan khasanah budaya seperti pernikahan. Kami mengajak masyarakat mempelajari adat dan selanjutnya menentukan sikap pribadi masing-masing terhadap modernitas.
Modernitas bagai pisau bermata dua dalam usaha pemeliharaan budaya. Satu sisi bisa mematikan, di sisi lain menjadi pengusung kemajuan. Dialog dengan generasi sebelumnya membuat kami merasakan ruginya dunia tanpa nilai luhur budaya. Sebagai anak bangsa, kami ikut menentukan bagaimana menggunakan modernitas dan kami memutuskan untuk mengangkat kembali adat budaya serta memeliharanya agar dapat terus hidup di antara kita. Untuk itulah kami mencoba menggali kembali nilai-nilai tersebut dan menyebarkannya pada khalayak agar tidak tenggelam lalu hilang.
Fase perkawinan diangkat kembali karena ini merupakan langkah baru yang nantinya akan melahirkan generasi selanjutnya. Pemahaman atas makna dan nilai yang ditanamkan dalam setiap upacara adat berpengaruh pada penurunan nilai luhur di dalam keluarga. Sekarang modernitas mulai menggeser kedudukan pernikahan tradiosional ini dengan alasan lingkungan, agama, juga penyerdehanaan bentuk acara karena dianggap merepotkan, terutama bagi orang aceh di kota besar. Kami melihat telah banyak film yang dihasilkan menceritakan tentang Aceh, namun masih sulit sekali menemukan jejak dokumentasi budaya diantara itu.
Saat ini kami masih dalam proses produksi. Shooting pertama dibuat untuk mengumpulkan informasi awal sekaligus membuat teaser film. Saat ini kami membutuhkan bantuan dana dari teman-teman untuk melanjutkan produksi film untuk kemudian ditargetkan akan siap pada Juli 2012 ini. Film ini merupakan project non-profit sehingga seluruh biaya yang terkumpul akan digunakan untuk kelancaran produksi film dan persebarannya nanti. Kami bertujuan untuk mengangkat nilai-nilai budaya yang kita banggakan.
Mereka Dibalik Fim Judôh
Farhaniza. Dara, panggilan akrab Farhaniza, lahir dan besar di Aceh. Darah Aceh kental mengalir dalam dirinya. Sempat menempuh pendidikan di Bandung dan hobi jalan-jalan menginspirasi Dara untuk menemukan keunikan Aceh yang beragam.
Keinginan berkarya dan mengangkat Aceh di mata publik serta kesadaran bahwa kolaborasi itu penting untuk mewujudkan ide dan mimpi, membuatnya mengajak anak muda terutama yang tertarik akan budaya untuk mendukung film ini.
Zulfikar. Laki-laki bersuku Aceh yang lahir dan besar di luar Aceh. Kenyataan ini membuat saya tidak terlalu mengenal Aceh. Libur perkuliahan semester kedua ialah pertama kali saya mengunjungi Aceh. Kunjungan yang mengesankan, dua tahun setelah bencana tsunami sehingga banyak terlihat pembangunan di Aceh dan juga sisa-sisa bencana. Timbul keinginan berkontribusi.
Setelah lulus kuliah, saya bertemu dengan calon istri saya Farhaniza yang ternyata juga bersuku Aceh dan membuat saya semakin mengenal dan mengalami budaya Aceh.
Leftfield Leisure. Dua orang anak muda Bandung yang sangat mencintai proses kreatif serta menyukai tantangan baru terutama yang berhubungan dengan media visual.
Selama ini berkarya mengangkat topic yang tidak banyak disentuh masyarakat seperti profil documenter DJ, pernah bekerjasama dengan Sarasvati dalam pembuatan album pertama, dan video untuk Indonesia Berkebun. Tertarik melihat teaser film Judôh, klik disini.
Farhaniza : Producer – @lafflyunya
Zulfikar : Producer – @zulf1kar
Putri Syirfasari : Publicist – @syirfaSARI
Artiandi Akbar :sutradara – @artiandi (www.leftfieldleisure.co.cc)
Marisca Surahman : fotografer – @cikcikss (suave fashion editor, fashion fotografer)
Belum ada komentar