Medan — Harga ekspor karet Indonesia jenis SIR 20 masih bertahan kuat di atas tiga dolar AS per kilogram hingga awal Febuari ini atau ditutup seharga 3,11 dolar AS per kilogram di bursa Singapura, 6 Februari 2013.
“Sejak naik menembus angka tiga dolar AS pada awal 2013, harga ekspor karet SIR 20 Indonesia hingga minggu pertama Februari masih di atas 3 dolar AS per kg (kilogram).Kondisi itu menggembirakan,”kata Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah, di Medan, Kamis (7/2).
Kenaikan harga disebabkan berbagai faktor mulai dari permintaan yang banyak pascalibur akhir tahun dan tetap adanya kekhawatiran dengan langkah Indonesia, Malaysia dan Thailand yang menyatakan masih akan terus mengurangi ekspor karet untuk menaikkan harga jual komoditas itu yang tren menurun di tahun lalu.
Tiga negara penghasil karet utama dunia itu sendri memang menargetkan pengurangan ekspor berlangsung hingga Maret 2013.
Eksportir berharap harga bertahan bagus di atas 3 dolar AS per kg agar devisa dari karet yang tahun lalu anjlok itu bisa pulih kembali.
Melihat pergerakan harga di pasar bursa Singapura sejak awal tahun 2013, ada prakiraan harga komoditas itu akan naik lagi atau minimal seperti dewasa ini di sekitar 3,10 dolar AS per kg.
Bertahan mahalnya harga ekspor membuat harga bahan olah karet (bokar) di pabrikan Sumut juga tetap tinggi Harga bokar pekan ini di kisaran Rp25.336 – Rp27.336 per kg.
Penasehat DPP Gapkindo, Tjoe Min Fat, menyebutkan sesuai kesepakatan tiga negara produsen utama karet yakni Indonesia, Malaysia dan Thailand, pengurangan ekspor dengan total 300.000 ton direncanakan masih terus dilangsungkan hingga Maret.
Harga ekspor karet di 2013 yang rata-rata di atas 3 dolar AS per kg membaik dibandingkan di 2012, dimana pada penutupan di bursa pada 31 Desember 2012 harga komoditas itu tercatat di bawah 3 dolar AS atau 2,988 dolar AS per kg.
Petani karet di Sumut, K.Siregar menyebutkan, harga getah karet di tingkat petani memang bertahan mahal sekitar Rp12.000 per kg.
Tetapi, kata dia, produksi getah ketat akibat faktor cuaca ekstrem dimana kadang hujan deras dan berganti panas. (ant)
Belum ada komentar