[quote]Oleh Harlis Kurniawan[/quote]
SAHABAT, pernahkah kalian berbuat nakal semasa kecil lalu ibu kalian marah? Tentu pernah dong.
Coba, ingatlah masa kecil kalian sejenak. Khususnya yang berhubungan dengan kenakalan kalian dan amarah ibunda.
Dulu, kalian pernah berbuat nakal sehingga ibunda kalian marah besar. Kemudian di hati kalian merasa ibunda tidak lagi menyayangi kalian. Lalu kalian pun pergi keluar rumah dengan linangan airmata.
Ibunda yang marah hanya membiarkan kalian pergi dan menutup pintu rapat-rapat. Tinggallah kalian yang masih kecil di luar rumah. Kehujanan dan tidak tahu mau kemana untuk berteduh. Lalu kalian kembali mendekati rumah dan duduk di depan pintu sambil merenungi apa yang terjadi.
Kalian mengingat kembali bagaimana sayangnya ibunda kepada kalian. Betapa perhatiannya terhadap makanan kalian. Betapa cemasnya terhadap rasa sakit kalian. Betapa hangatnya pelukannya saat kalian ketakutan.
Kalian pun mulai menangis dan memanggil nama ibunda tercinta. Suara kalian lirih. Penuh penyesalan yang perih.
Ibunda pun membuka pintu. Tiba-tiba saja amarahnya berubah menjadi kasihan dengan kondisi kalian yang kehujanan. Ia segera memeluk kalian dan membawanya ke dalam rumah. Lalu memandikan kalian, mengganti pakaian kalian, dan menyelimuti kalian dengan selimut hangat.
Sambil menangis ibunda berkata, “Anakku, ke mana kamu akan pergi meninggalkan aku? Selain aku, siapa yang akan menampungmu? Bukankah sudah kukatakan kepadamu, jangan melanggar perkataanku, dan jangan memaksa aku dengan kedurhakaanmu untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan sifat kasih sayang yang aku miliki serta keinginanku untuk memberi yang terbaik kepadamu.”
***
Sahabat, perhatikanlah ucapan sang ibu tersebut, “Jangan memaksa aku dengan kedurhakaanmu untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan sifat kasih sayang yang aku miliki.”
Kalau seorang hamba membuat Allah swt. murka dengan melakukan maksiat, berarti pelanggarannya itu mendorong-Nya untuk menyingkirkan rahmat dan kasih sayang tersebut darinya. Kalau dia bertobat kepada-Nya, berarti dia telah melakukan sesuatu yang mendorong-Nya untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan sifat Zat-Nya.
Kutipan kisah tadi merupakan contoh kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Akan tetapi, sesungguhnya kasih sayang Allah kepadamu melebihi kasih sayang ibumu.
Perhatikan pula sabda Rasulullah saw., “Kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya lebih besar daripada kasih sayang seorang ibu kepada anaknya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Bayangkan, semua yang ada dalam tubuhmu adalah ciptaan Allah. Semua harta yang kalian sayangi adalah milik-Nya. Semua orang yang kalian sayangi adalah hamba-Nya. Bahkan, langit dan bumi dimana kalian hidup adalah di bawah kekuasaan-Nya.
Ironisnya, banyak manusia yang sudah diberikan segalanya oleh Allah justru berbuat dosa di hadapan-Nya. Bermaksiat di depan mata-Nya. Berbuat zalim di dunia-Nya. Hamba bagaimana kita ini jika kita yang sangat fakir ini dengan lancang berbuat tidak sopan di hadapan-Nya?
Hanya saja Tuhan Yang Maha Penyayang justru tetap memberikan kita kesempatan untuk bertobat dan menjadi hamba yang baik. Sebanyak apa pun dosa kalian maka rahmat Allah selalu lebih besar dari itu. Asalkan kalian segera bertobat dan memperbaiki diri. Hal ini sebagaimana firman Allah swt.,
“Sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) bagi orang-orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya, kemudian mereka bertobat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya). Sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (an-Nahl: 119)
Bahkan, dengan rahmat-Nya, Allah swt. setiap malam selalu menunggu pertobatan mereka yang berbuat dosa. Inilah bukti kasih sayang-Nya yang tidak terbatas. Nabi saw. bersabda,
“Tuhan kami turun ke langit dunia pada setiap malam di sepertiga malam yang terakhir. Lalu Allah berkata, ‘Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mengabulkannya. Barangsiapa yang meminta kepada-Ku, maka Aku akan memberikannya. Barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku, maka Aku akan mengampuninya.” (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
Apakah ada yang melebihi kebaikan ini? Apakah ada yang melebihi kasih sayang-Nya? Apakah ada yang melebihi kesabarannya melihat kelancangan dan kekurangajaran kita? So, segeralah bertobat sebelum waktu yang disediakan oleh-Nya telah habis masanya dan kalian hanya bisa menyesal sampai jasad terbaring di kuburan. (pelitaonline.com)
Belum ada komentar