Seputaraceh

Indonesia Pamerkan Karya Seni Rupa di The Venice Biennale 2013

Indonesia Pamerkan Karya Seni Rupa di The Venice Biennale 2013
Indonesia Pamerkan Karya Seni Rupa di The Venice Biennale 2013
Indonesia Pavilion di The Venice Biennale 2013 (areamagz.com)
Indonesia Pavilion di The Venice Biennale 2013 (areamagz.com)

MENTERI Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu dalam kunjungan kerjanya ke Italia singgah ke Paviliun Indonesia yang tampil di ajang pameran “55 th International Art Exhibition of the Venice Biennale” di Kota Venice, Italia.

Dalam ajang pameran karya seni rupa kontemporer yang tertua, terbesar dan paling bergengsi di dunia tersebut, Paviliun Indonesia menampilkan karya seni rupa kontemporer terbaik dari lima perupa Indonesia yaitu Sri Astari (dengan karya patung Dancing the Wild Sea), Albert Yonathan Setyawan (Cosmic labyrinth: a Silent Pathway), Entang Wiharso (The Indonesian: No Time To Hide), Eko Nugroho (Penghasut), dan Titarubi (Shadow of Surender) dalam kemasan bertemakan “Sakti” yang menggambarkan energi kreatif yang kuat, ilahiah, tak terkalahkan dan bisa mencapai lebih ketimbang manusia biasa, dipamerkan untuk menggambarkan keragaman karya seni rupa kontemporer Indonesia kepada dunia.

Mari menilai tampilnya Indonesia di ajang bergengsi “The Venice Biennale 2013” memiliki nilai strategis untuk mengenalkan dan mempromosikan salah satu sektor ekonomi kreatif Indonesia yang tengah dikembangkan, yaitu seni rupa kontemporer Indonesia berkelas dunia. Mari berharap melalui pameran karya seni rupa kontemporer ini kita ingin menunjukkan bahwa Indonesia merupakan subjek praktik seni rupa dunia yang cukup diperhitungkan.

“Seni rupa yang merupakan bagian dari ekonomi kreatif memberikan kontribusi cukup besar terhadap perekonomian Indonesia serta kesejahteraan para pelakunya. Sudah waktunya kita membawa seni rupa Indonesia ke dunia dan menunjukkan potensi Indonesia di sektor ekonomi kreatif ini. Selain itu melalui pameran seni rupa Venice Biennale ini dapat mengundang minat wisatawan dunia, karena jutaan wisatawan yang datang ke Venice ingin melihat pameran termasuk datang ke Paviliun Indonesia. Yang paling penting adalah peningkatan citra Indonesia sebagai negara yang memiliki kekuatan seni dan kreatifivitas, dan diplomasi melalui seni rupa merupakan ‘soft power’ yang luar biasa kuatnya,” papar Mari.

Tampilnya karya seni rupa Indonesia yang difasilitasi oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan didukung oleh beberapa instansi pemerintah dan institusi swasta kali ini sangat berbeda dengan keikutsertaan pada pameran Venice Biennale sebelumnya yang hanya diwakili oleh individu ataupun galeri.

Karya seni rupa kontemporer Indonesia ditampilkan dalam satu area seluas 500 meter persegi sebagai suatu paviliun yang berada dalam anjungan utama di area Arsenale sehingga menarik perhatian para pengunjung pameran dan para wisatawan yang datang dari seluruh dunia. Karya seni rupa Indonesia pada Venice Biennale kali ini berbeda dengan tampilan seni rupa dari negara lain yang banyak menampilkan karya-karya video art, dimana karya seni rupa Indonesia lebih menampilkan karya-karya 3 dimensi yang mencerminkan kekayaan warisan budaya Indonesia tetapi dalam bentuk kontemporer.

Beberapa karya yang ditampilkan di Paviliun Indonesia bahkan telah mendapatkan respon positif dari kolektor dan pemilik galeri seni rupa internasional dalam bentuk keinginan untuk mengoleksi karya-karya yang ditampilkan.
Paviliun Indonesia tersebut melibatkan Soedarmadji Damais sebagai komisioner dan Achille Bonito Oliva sebagai Wakil Komisioner, Carla Bianpoen dan Rifky Effendy sebagai kurator, dan diproduksi oleh PT.Bumi Purnati Indonesia yang dipimpin oleh Restu Imansari Kusumaningrum bekerjasama dengan Change Performing Arts (Indonesia-Italia). Bahkan karena tampilannya di Venice Biennale, seniman Sri Astari mendapat undangan untuk memamerkan karyanya juga di Festival yang bergengsi di Italia yaitu Festival Spoleto baru-baru ini.

Andrea Del Mercato, Direktur Jenderal Venice Biennale, yang menyambut dan mendampingi kunjungan Menparekraf ke lokasi pameran Venice Biennale mengatakan bahwa Pavilliun Indonesia merupakan salah satu pavilliun terfavorit pada ajang Venice Biennale 2013 ini karena mencerminkan jati diri Indonesia dan menarik banyak perhatian. Dalam sehari biasanya dikunjungi oleh sekitar 100 orang pengunjung serius yang berhenti lama dalam mengapresiasi dan menikmati karya-karya seni rupa di Paviliun Indonesia tersebut dan pada hari-hari puncak bisa memperoleh 500-600 pengunjung.

Paviliun Indonesia kali ini turut pula merepresentasikan karya seni rupa dari Asia, karena di ajang ’55 th International Art Exhibition of the Venice Biennale’ hanya ada beberapa negara, seperti Saudi Arabia dan Iran, yang tampil total dalam satu pavilun besar seperti Paviliun Indonesia. Dapat dikatakan bahwa Paviliun Indonesia menampilkan karya seni rupa kontemporer dari kawasan Asia Tenggara, serta mampu menempatkan Indonesia dalam kancah seni rupa kontemporer dunia.

Pameran yang berlangsung selama enam bulan dari 1 Juni hingga akhir November 2013 ini akan dikunjungi jutaan penggemar seni rupa dunia, termasuk wisatawan yang datang ke kota Venice yang setiap tahun mencapai puluhan juta wisatawan.

Kehadiran paviliun Indonesia kali ini diharapkan mampu meningkatkan citra Indonesia sebagai negara yang unggul dalam seni budaya kontemporer karena basis warisan budaya yang kuat serta kreativitas yang luar biasa. Dampak positif yang diharapkan selain keuntungan langsung kepada para seniman yang ikut adalah minat wisatawan untuk berkunjung ke Indonesia. Selain itu lebih-lebih dari seribu media cetak dan elektronik dari berbagai negara mengekspos kegiatan selama pameran berlangsung. (tourismnews.co.id)

Belum ada komentar

Berita Terkait