Banda Aceh, Seputar Aceh – Puluhan jurnalis di Aceh menggelar “Malam Doa dan Renungan Bersama” di Taman Putroe Phang, Jumat (25/12) malam. Acara ini didedikasikan untuk para jurnalis yang meninggal dunia dan hilang akibat musibah gempa dan tsunami Aceh lima tahun lalu.
Selain para jurnalis yang di Banda Aceh dan Aceh Besar, para kuli tinta dari Aceh Barat, Aceh Barat Daya dan Kota Subulussalam akan ikut pada hajatan tersebut. Ini, merupakan kegiatan doa bersama pertama yang digelar secara massal oleh jurnalis di Aceh.
“Sebelumnya kita melakukannya sendiri-sendiri. Tahun ini, kita lakukan bersama-sama untuk mengenang para sahabat yang sudah mendahului kita,” ujar Yayan Zamzami, koordinator kegiatan.
Menurut Yayan, kegiatan ini juga bertujuan memperkenalkan para jurnalis senior yang memiliki dedikasi tinggi kepada para jurnalis muda. “Kita mau para jurnalis muda ini bisa mewarisi semangat para senior yang memang sudah teruji ketangguhannya,” katanya.
Yayan menyebut dua nama, almarhum Muharram M Nur yang namanya kini ditabalkan sebagai nama sekolah jurnalistik di Banda Aceh dan Najamuddin Oemar, wartawan harian Kompas. Keduanya dikenal memiliki semangat dan dedikasi serta idealisme tinggi dalam menjalankan profesionalisme dan tugas sehari-hari.
Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Banda Aceh, Mukhtaruddin Yakob, mengatakan selain untuk mengikat silaturrahmi sesama jurnalis, aksi ini juga untuk introspeksi diri.
“Bekerja sebagai jurnalis bukanlah bekerja untuk diri sendiri, tapi untuk kepentingan umat manusia. Jadi, kita perlu juga berkaca pada masa lalu dan pada tokoh-tokoh yang sudah mendahului kita dan menjadikannya sebagai pelajaran penting,” ujar Mukhtaruddin Yakob.
Hal senada juga dikatakan Muhammad Hamzah, wartawan Suara Pembaruan, mengatakan kegiatan ini akan menjadi hal yang positif bagi para jurnalis di Aceh.
“Masih sulit menemukan sosok kepribadian seperti yang pernah kita dapati pada para jurnalis senior yang sudah mendahului kita itu. Mudah-mudahan ke depan akan tumbuh jurnalis-jurnalis yang penuh idealisme tinggi,” kata Hamzah.
Selain doa dan membaca surat Yasin bersama, kegiatan ini juga diisi dengan pembacaan puisi dan testimoni singkat tentang para almarhum.
Gempa dan tsunami Aceh telah merenggut 27 jurnalis. Mereka adalah Muhammad Rokan (Serambi Indonesia), Erwiyan Safri (Serambi Indonesia), Karta Gusti (Serambi Indonesia), Razali Idris (Serambi Indonesia), Said Alwi (Serambi Indonesia), Tondi Rizal Putra (Serambi Indonesia), Sahrul Rahman (Serambi Indonesia), Muharram M Nur (Tabloid Kontras), Ridwan Ishak (Serambi Indonesia), Erismawati (Serambi Indonesia), Muhammad Rizal (Serambi Indonesia), Safwan (Harian Analisa), Saleh Adami (Harian Sinar Indonesia Baru), Najamuddin Oemar (Harian Kompas).
Selain itu, Ismail MK (Majalah Detektif), Muhammad Amin (Harian Berita Sore), Aswin F Choki (Radio Republik Indonesia), Jarimin (Radio Republik Indonesia), Darmawan, Safruddin, Taufan Nugraha (KBR 68H), Zainal Abidin (Mingguan Medan Post), Darli (Mingguan Medan Post), Ambina (SKM Ekspose), Badrus Salam Moni, Arahman Usman dan Ridwan DS (Radio Republik Indonesia). [sa-jun]
Belum ada komentar