SETIAP kali didesak apakah lebaran tahun ini bakal serentak, pejabat Kementerian Agama (Kemenag) selalu menjawab diplomatis. Mereka harus menunggu dulu sidang isbat yang digelar 7 Agustus nanti. Namun mereka sudah mengindikasikan lebaran bakal kompak pada 8 Agustus karena tinggi bulan saat digelar sidang isbat sudah 3 derajat.
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat (Dirjen Bimas) Islam Kemenag Abdul Jamil mengatakan, secara pasti pernyataan tanggal jatuhnya 1 Syawal harus menunggu proses sidang isbat. “Sidang isbat itu merupakan kombinasi metode rukyatul hilal (melihat bulan, red) dan hisab (perhitungan kalender yang dipakai kelompok Muhammadiyah, red),” tandasnya.
Mantan rektor Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang itu membenarkan bahwa pada saat isbat nanti tinggi bulan sudah tiga derajat di atas ufuk. Dengan posisi atau derajat tersebut, umunya bulan sudah bisa dilihat dengan mata telanjang saat proses rukyatul hilal. Nah ketika pada tanggal 7 Agustus petang posisi bulan sudah terlihat, berarti 1 Syawal 1434 H jatuh pada 8 Agustus.
“Tetapi itu kan dari segi hisab saja. Sedangkan sidang isbat itu harus dilakukan juga rukyatul hilal,” ujarnya. Dengan demikian Jamil menuturkan sikap atau ketetapan 1 Syawal 1434 H tetap menunggu hasil sidang isbat. Dia menjelaskan sesuai dengan artinya, sidang isbat adalah sidang penetapan.
Jamil juga menuturkan tahun ini ada perkembangan teknis pelaksanaan sidang isbat. Dia menjelaskan bahwa sidang isbat akan dimulai dengan sarasehan sistem penentuan penanggalan Islam. “Pemerintah tetap berupaya bagaimana caranya supaya penetapan penanggalan Islam itu kompak,” ujarnya.
Selain urusan penetapan 1 Syawal 1434 H Kemenag juga menghimbau penyaluran zakat fitrah dan sedekah lainnya. Jamil menuturkan pemerintah mengimbau supaya penyaluran zakat fitrah menggunakan jalur badan amil zakat nasional (baznas). Dengan skema ini bisa mencegah terjadinya kasus masyarakat yang berdesak-desakan di rumah pemberi zakat. (jip)
Belum ada komentar