Seputaraceh

Lebaran ‘Mercon’ Ada Dimana-mana

Lebaran ‘Mercon’ Ada Dimana-mana
Lebaran ‘Mercon’ Ada Dimana-mana
Ilustrasi penjual mercon dipinggir jalan (Foto detik.com)
Ilustrasi penjual mercon dipinggir jalan (Foto detik.com)

LARANGAN tinggallah larangan, aktivitas tam tum (bunyi mercon, -pen) gegap gempita jelang lebaran. Larangan pun tidak ada ubahnya aturan untuk dilanggar, larangan oleh pemerintah kepada masyarakat tentang dilarangnya membuat, memproduksi dan bahkan membunyikan mercon diwaktu lebaran telah menjadi paradigma ‘budaya’ rutin yang terus berulang dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Di Aceh, suara mercon layaknya suasana yang mencekam era konflik dulu. Tapi itu dulu, kini tidak saja di Aceh hampir rata-rata daerah di Indonesia menggunakan mercon sebagai pertanda hari kemenangan umat muslim setelah menjalankan ibadah puasa satu bulan penuh, apa bedanya dengan menyambut tahun baru masehi?

Ekspresi suka cita larut begitu saja, sementara di bale-bale hingga masjid dan iringan pawai di jalan terus melawan derunya bunyi mercon ini. Allahu Akbar kalah besar dengan dengungan mercon. Berlomba siapa besar bunyinya, itulah mercon yang keras dengan harga juga tidak murah.

Sekilas saat kita melihat budaya Cina kuno hampir sama dengan di Indonesia, mereka kerap membunyikan suara mercon ketika ada perayaan pada hari pernikahan, hal ini sebagai bentuk perwujudan memberikan ucapan selamat datang kepada tamu dan mempelai.

“Budaya yang demikian hebatnya, turun temurun dari masa kemasa, sekarang harus dihilangkan dengan alasan bahwa penggunaan mercon dapat membahayakan orang banyak,” tulis Setiawan Widiyoko dalam tulisannya “Mercon Pemantik Korek Api”.

Adakah terobosan untuk meminimalisir mercon ini jelang hari-hari besar layaknya seperti jelang lebaran ini? mungkin Anda juga akan mempunyai jawaban dari berbagi sisi.

“Membakar mercon sudah menjadi tradisi yang baru bagi anak-anak orang Islam, sehingga mereka rela menghabiskan banyak rupiah demi mencapai kepuasan dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri, anehnya orangtua mereka juga tidak melarang anak-anaknya dalam membakar mercon tetapi malah berlomba-lomba dengan anaknya untuk membeli dan membakar mercon sebanyak-banyaknya, sungguh sebuah pemandangan yang menyedihkan dikalangan orang Islam,” sebut Tgk Zulfikar, salah seorang Dosen STAI Al-‘Aziziyah Samalanga dalam tulisannya “Mercon dan Pengkhianatan terhadap Ayat Suci Al-Quran”.

Tgk Zulfikar juga menyebutkan dalam tulisannya tersebut, pentingnya peran seorang pemimpin dalam masyarakat untuk membuat aturan seputar hal-hal yang dianggap mengganggu ketenangan orang lain bisa dihindar dengan peraturan yang tegas.

“Padahal secara struktural dan kepemimpinan mereka punya kekuasaan untuk menindak tegas pengedar dan penjual mercon, tanpa harus turun tangan sendiri, tetapi kenapa itu tidak mereka lakukan? Apakah mereka terlalu sibuk dengan aktifitasnya? Atau mereka memang tidak peduli sama sekali,” tulisanya.

Kadang kita hanya bisa mengelus dada, tidak ada solusi? Karena berganti tahun, hal yang sama terus terjadi. Tapi sadarkah kita, bahwa setiap generasi punya masa. Masa inilah yang sering kita lewatkan tanpa adanya didikan yang menyeluruh dan mengarah.

Menyadarkan orang itu bukanlah perkara mudah, mengganggu tetangga (sosial), membelanjakan harta tidak pada tempatnya (mubazir) apalagi dimasa-masa ekonomi menjepit seperti ini seharusnya menjadi bahan dasar untuk berpikir ke depan bukan kesenangan sesaat.

Singkatnya, janganlah Anda menyakiti tetangga jika hak Anda ingin dihormati dan ditunaikan oleh mereka. Bagaimana jika saat itu Anda sedang sakit gigi? Atau bayi Anda yang rewel baru tertidur? Sedang mertua Anda yang mengidap penyakit jantung baru pulang dari rawat inap di rumah sakit? Jangan anggap semua ini terlalu mengada-ada.

Yakinilah tatkala kerabat Anda membakar mercon, mereka dan Anda tidak tahu sejauh mana keberadaan keluarga para tetangga Anda. Bahkan, uang yang Anda bakar untuk membeli mercon itu bukan hanya mengganggu ketenangan mereka karena boleh jadi masih begitu banyak orang-orang yang di hari kemenangan meneteskan air mata, masih membutuhkan bantuan kita. Apalagi jika ada tetangga Anda sejak pagi belum sesuap nasi pun yang masuk ke lambungnya; dan ketimbang untuk membeli mercon, mereka mempunyai hak atas harta yang Anda hambur-hamburkan itu. Wallahu’alam

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1434 H, semoga kita menjadi insan-insan yang bisa saling memaknai di hari kemenangan ini.

Belum ada komentar

Berita Terkait

Wak Leh Azdan di Masjid