Oleh Zakiul Fahmi Jailani
“Peukong syedara, peusaboh hatee, beusaree pikee, keu Atjeh Rayeuk”
TEMA yang bermakna “Kuatkan silaturrahmi, satukan hati, berfikir searah, untuk Aceh Besar” ini adalah tema yang diusung dalam musyawarah besar Keluarga Aceh Besar Yogyakarta (KABY) yang kelima. Acara yang diadakan pada Minggu, (16/6) lalu, masyarakat Aceh Besar di Yogyakarta memberikan kepercayaan kepada saudara Ma’ruf untuk memimpin organisasi KABY selama periode satu tahun mendatang.
Ma’ruf sebelumnya pernah menjabat sebagai ketua OSIS SMA Modal Bangsa dan Ketua Forum Aneuk Nanggroe STTA Yogyakarta (FANS). Ma’ruf menggantikan Rizki Alfi Syahril, yang telah mengakhiri masa kepengurusan dan masa studinya.
Mubes ini dihadiri oleh puluhan masyarakat Aceh Besar di Yogyakarta yang mayoritasnya adalah mahasiswa dan juga dihadiri oleh perwakilan organisasi Aceh lainnya yang ada di Yogyakarta. Acara yang berlangsung dari pagi hingga sore ini diisi dengan pembahasan AD/ART organisasi, pertanggungjawaban pengurus periode sebelumnya, dan prosesi pemilihan pengurus baru KABY. Acara juga diselingi dengan hiburan yang diputar panitia yaitu video Jalan-Jalan Men ke Aceh Besar.
Harapan Mubes
Musyawarah yang berlangsung sukses, meriah, dan berjalan khidmat ini, menghasilkan beberapa rekomendasi dan harapan yang sangat besar kepada Pemerintah Kabupaten Aceh Besar yang saat ini dipimpin oleh Mukhlis Basyah.
Peserta mubes meminta Pemkab untuk segera menyiapkan sejumlah dana untuk pengadaan gedung asrama baru untuk mahasiswa Aceh Besar di Yogyakarta, karena pada tahun 2017 ini, kontrak sewa asrama yang selama ini digunakan akan habis masanya. Selama ini, KABY telah berusaha untuk membuat proposal, meminta dana, dan melobi kepada pemerintah Aceh Besar guna membeli asrama KABY sehingga statusnya menjadi asrama permanen.
Pengadaan asrama permanen ini bukan tanpa alasan. Dikarenakan ada konflik yang terjadi baru-baru ini di Yogyakarta yang berakar dari masalah etnis, Sultan Yogyakarta menghentikan pembangunan asrama kabupaten yang hendak di bangun di Yogyakarta. Masyarakat Aceh Besar yang ada di Yogyakarta khawatir, jika asrama KABY yang jatuh tempo pada tahun 2017 nanti belum permanen atau tidak diperpanjang masa sewanya, maka dipastikan organisasi KABY yang telah berdiri sejak tahun 2007 ini tidak akan memiliki aset asrama lagi. Padahal selama ini asrama telah menjadi tempat sentral dan strategis untuk memupuk semangat keacehan serta penyokong bagi masyarakat Aceh Besar yang kurang mampu dikarenakan hidup di asrama jauh lebih murah daripada harga kos pada umumnya di Yogyakarta.
Mahasiswa asal Aceh Besar yang berkuliah di Yogyakarta saban tahunnya juga mencapai angka ratusan, sehingga asrama dapat menjadi alternatif tempat tinggal. Masyarakat Aceh Besar di Yogyakarta juga secara rutin melaksanakan kegiatan di asrama ini seperti diskusi, khanduri meugang kuwah beulangong, maulid, halal-bi-halal, serta acara-acara akademik-intelektual, acara keislaman, kepemudaan, dan kesenian.
Para peserta mubes berharap semoga Pemerintah Kabupaten Aceh Besar agar dapat merealisasikan asrama permanen ini. Selama ini, alumni KABY telah banyak berkiprah baik di jajaran pemerintahan, akademik, dan swasta.[]
*Pengurus Keluarga Aceh Besar Yogyakarta
Belum ada komentar