Banda Aceh – Lembaga internasional Caritas Czech Republic (CCR) merancang hak paten untuk minyak nilam Aceh sebagai upaya penyelamatan kualitas komoditas terbaik di dunia yang terdapat di provinsi paling ujung Indonesia itu.
Refresentative Distrik Koordinator CCR Aceh Barat T Azhar Ibrahim di Meulaboh, Rabu mengatakan, dengan dikeluarkannya hak paten oleh negara kepada nilam Aceh dipastikan tidak ada daerah lain di Indonesia berani melakukan manipulasi minyak atsiri itu.
“Ada temuan bahwa di provinsi lain melakukan pencampuran minyak nilam Aceh dengan nilam daerah mereka untuk mengubah kualitas, karena nilam Aceh jauh lebih bagus, karena itu harus ada upaya menyelamatkan komoditas andalan daerah ini,” katanya.
Ia menjelaskan, minyak nilam Aceh menyandang kualitas katagori terbaik di dunia berdasarkan hasil penelitian Institut Pertanian Bogor dengan kandungan minyak 2,5 persen hingga 3,3 persen.
Dengan perbandingan secara umum standar kualitas minyak nilam dunia adalah 2,5 persen kandungan minyak.
Selain itu, Azhar menjelaskan, sampai saat inipun harga minyak nilam Aceh dipasar lokal dan internasional jauh lebih tinggi dibandingkan daerah lain, karena perbandingan kualitasnya begitu bagus dan tidak dimiliki oleh daerah lain.
Ia membandingkan, apabila harga minyak nilam di Provinsi Sulawesi berkisar Rp200.000/liter dan Jawa Rp250.000/liter, maka harga minyak nilam Aceh antara Rp350.000-Rp400.000/liter.
Karena itu tegasnya, perlu ada upaya penyelamatan dengan dibentuknya hak paten serta menjaga keberlangsungan budidaya nilam di Provinsi Aceh, sehingga dapat menyejahterakan pula kehidupan para petani.
“Diperkirakan di pertengahan tahun 2012 ini hak paten minyak nilam Aceh sudah keluar kerena sedang dalam pengurusan, disamping itu juga kita terus melakukan upaya penggembangan budidaya nilam untuk menjaga keberlangsungannya,” imbuhnya.
Khusus untuk distrik Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat, ada tiga kabupaten tetangga yang sudah ikut mengembangkan pertanian nilam Aceh, yakni Aceh Tenggah, Aceh Jaya, dan Aceh Selatan.
Sebutnya, sebagian daerah Aceh sangat prospek untuk pengembangan pertanian nilam dengan letak geografisnya membuat kualitas minyak nilam setelah penyulingan patut diacunggi jempol oleh negara internasional.
Ia menyatakan, Indonesia termasuk negara pemasok minyak nilam terbesar di dunia sementara Provinsi Aceh merupakan daerah terbesar menghasilkan minyak nilam dengan kualitas peringkat teratas.
“Kebutuhan minyak nilam untuk bahan baku industri di negara luar itu sudah cukup tinggi dan permintaan pasar internasional pun kian hari semakin meningkat, dan kesempatan ini harus dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Aceh,” imbuhnya.
Azhar juga mengatakan, kendala masyarakat selama ini adalah diwilayah Aceh belum ada penyulingan berstandar internasional, sehingga tidak mampu mengeluarkan nilam murni dari olahan ketel Aceh.
Selain itu, di sisi pemasaran masyarakat masih jauh tertinggal memahami kondisi harga minyak nilam bahkan petani dijadikan korban tengkulak untuk menghasilkan dolar dari petani kecil dengan hasil nilam mereka miliki.
Karena itu, CCR dibantu suntikan dana lembaga internasional mencoba merangkul masyarakat Aceh untuk terus mengembangkan budidaya pertanian nilam Aceh, sehingga kesejahteraan petani melalui tanaman nilam itu tidak hanya sekedar informasi belaka.
“Saat ini banyak koperasi nilam Aceh yang sudah terbentuk di sejumlah Kabupaten Aceh, dan upaya ini kita harapkan dapat memotifasi petani lain untuk budidaya nilam yang menjanjikan itu,” pungkasnya. (ant)
Belum ada komentar