MUSEUM Tsunami Aceh sebagai institusi yang berperan penting dalam melestarikan sejarah dan memori kolektif tentang bencana tsunami di Aceh, terus berupaya meningkatkan jangkauan edukasi dan kesadaran masyarakat. Salah satu inovasi yang diimplementasikan untuk mencapai tujuan tersebut adalah program “Museum Keliling”.
Program Museum Keliling dirancang sebagai solusi kreatif untuk mengatasi keterbatasan akses masyarakat terhadap Museum Tsunami Aceh, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah terpencil atau memiliki keterbatasan mobilitas.
Melalui program yang digelar pada dua sekolah berbeda, SMA Negeri 7 Banda Aceh pada tanggal 20 Agustus 2024 dan SMA Negeri 1 Peukan Bada tanggal 22 Agustus 2024, Museum Tsunami Aceh dapat memperluas jangkauan edukasinya, membawa koleksi dan informasi penting tentang tsunami langsung kepada pihak sekolah.
Kepala UPTD Museum Tsunami Aceh M Syahputra AZ dalam sambutannya menyampaikan melalui kegiatan ini pihak museum berharap para peserta dari sekolah yang terlibat dapat memahami dengan tepat fungsi dari museum tsunami.
“Ada beberapa fungsi dari museum tsunami, salah satunya adalah sebagai pusat riset dan pendidikan selain fungsi lainnya yang tidak kalah penting,” papar Syahputra, Selasa, 20 Agustus 2024 di SMA Negeri 7 Banda Aceh.
Untuk generasi muda atau penerus, lanjutnya, agar tanggap akan bencana sehingga menyadarkan masyarakat tentang risiko dan dampak bencana alam yang akan terus terjadi kembali, terutama tsunami, serta pentingnya kesiapsiagaan tersebut.
“Pihak kami berharap dengan kegiatan ini para peserta dapat menumbuhkan semangat untuk menemukan ide-ide kreatif yang aplikatif berkaitan sistem peringatan dini dalam mengahadapi bencana tsunami,” harap Syahputra.
Kepala SMA Negeri 7 Banda Aceh, Erlawana, meyebutkan kegiatan ini sangat penting dalam konteks kondisi Bumi saat ini. Pemanasan global dan peningkatan frekuensi bencana alam adalah masalah mendesak yang membutuhkan perhatian serius dari seluruh lapisan masyarakat.
“Kegiatan simulasi bencana di satuan pendidikan merupakan langkah yang sangat tepat untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi situasi darurat,” imbuhnya.
Dengan adanya simulasi, sambutnya, anak-anak akan lebih memahami langkah-langkah yang harus dilakukan saat terjadi bencana, baik itu kebakaran, banjir, atau bencana lainnya.
“Jadi mudah-mudahan materi hari ini dapat bermanfaat dan tolong diikuti kegiatan dengan tertib karena materi tersebut sangat penting untuk kita bersama pada masa yang akan datang,” kata Erlawana.
Pada tempat yang terpisah, Kepala SMA Negeri 1 Peukan Bada, Nurwani, menuturkan wilayah Peukan Bada merupakan salah satu wilayah yang terkena dampak langsung dari musibah tsunami 2004 silam, sehingga menjadi pertimbangan dari pada tim dari Museum Tsunami untuk berkunjung kesekolah SMA Negeri 1 Peukan Bada.
“Kami ucapkan terima kasih banyak kepada tim dari Museum Tsunami yang telah memberikan kepercayaan kepada pihak kami,” ujarnya, Kamis, 22 Agustus 2024 di SMA Negeri 1 Peukan Bada.
Ia melanjutkan, dengan adanya kegiatan ini, pihak sekolah mengharapkan tidak berhenti pada saat kegiatan saja. Semoga berkelanjutan sebagai pembelajaran untuk anak-anak sekolah yang belum sepenuhnya mendapatkan pembelajaran tsunami.
“Kalian adalah perwakilan dari kelas yang sudah dipilih oleh wali kelas menjadi corong informasi. Sampaikan kembali kepada teman-teman yang belum berkesempatan pada hari ini,” tutup Nurwani.
Selain mengedukasi, pihak Museum Tsunami juga turut memamerkan beberapa koleksi benda-benda peninggalan tsunami di booth mini yang didirikan pada lingkungan sekolah yang terlibat dalam kegiatan museum keliling.
Belum ada komentar