Bireuen — Provinsi Aceh telah memiliki dua pabrik garam beryodium di Kabupaten Bireuen dan Pidie Jaya yang diharapkan bisa memenuhi kebutuhan garam untuk daerah ujung barat Indonesia itu. Industri ini masing-masing mampu memproduksi tiga ton garam beryodium sehari.
Industri garam beryodium yang dibangun di Gampong Alue Bie, Kecamatan Jangka, ini diresmikan pengoperasiannya oleh Bupati Bireuen, Ruslan H.M. Daud, Rabu (29/08). Pabrik serupa yang dibangun di Gampong Lancang, Kecamatan Bandar Baru, Pidie Jaya, juga siap memproduksi garam beryodium.
Kedua pabrik garam beryodium itu dibangun Aceh Development Fund (ADF) bersama mitranya, yakni Fakultas Teknik Unsyiah, An-Nisaa Centre, dan Perkumpulan BIMA melalui Program Teknologi Ramah Lingkungan untuk Industri Proses Perikanan (Terapan). Dananya berasal dari hibah Multi Donor Fund (MDF) melalui Proyek Fasilitas Pembiayaan Pembangunan Ekonomi (EDFF) Aceh.
Faisal Hadi, Manager Program Terapan, menyatakan industri yang dibangun itu akan mengolah kembali garam tradisional yang diproduksi petani di Jangka dan Pidie Jaya menjadi garam beryodium sehingga diharapkan bisa menembus pasar modern. Garam yang dihasilkan petani dibeli pabrik untuk diolah kembali menjadi garam beryodium dengan kualitas sesuai SNI.
“Dulu ada pabrik garam beryodium di Langsa, tapi sudah tutup. Jadi industri yang dibangun ini merupakan satu-satunya pabrik garam beryodium di Aceh. Selama ini memang ada home industry garam beryodium di Aceh, tapi bukan dalam skala besar seperti yang dibangun melalui Program Terapan,” katanya.
Selain membangun konstruksi fisik industri, pelaksana Program Terapan juga memberikan berbagai fasilitas penunjang administrasi kantor, mobil untuk operasional pengangkutan garam dan sejumlah pelatihan kepada para pengurus koperasi yang menjadi pengelola industri. Dengan begitu, pengurus koperasi mampu mengelola industri sampai terus berkembang.
Pelaksana Terapan juga sudah membentuk satu koperasi yang anggotanya terdiri petani garam di Jangka. Jumlah anggota Koperasi Rahmat Kamoe Meusira hingga kini sudah mencapai 125 orang. Koperasi petani garam juga dibentuk untuk mengelola pabrik di Pidie Jaya.
“Tantangan ke depan ialah menjalankan bisnis industri yang kita bangun sehingga bisa berkembang dan maju. Ini harus menjadi perhatian bersama agar industri ini tidak mubazir,” kata Faisal. Dari Program Terapan, kata dia, juga siap melakukan pendampingan berkelanjutan hingga industri garam beryodium benar-benar mandiri.
Ketua Koperasi Rahmat Kamoe Meusira, Islamiyah, mengharapkan Pemerintah Kabupaten Bireuen untuk terus memberikan pendampingan bagi mereka karena koperasi itu masih baru dan kurang pengalaman. Koperasi ini baru dibentuk beberapa bulan lalu atas fasilitasi pelaksana Program Terapan dan dinas terkait dari Pemerintah Kabupaten Bireuen. (tempo.co)
Belum ada komentar