Jakarta — Sel telur yang dibekukan memang bisa mengobati infertilitas atau gangguan kesuburan. Meski terbukti berhasil, para ahli tetap memperingatkan perempuan sehat agar tidak menunda kehamilan, terutama jika akan memasuki usia 30 tahun.
Pembekuan sel telur telah lama dicap sebagai eksperimental. Namun American Society for Reproductive menyatakan bahwa kini bukan lagi sebagai percobaan, karena perempuan yang menggunakan sel telur dibekukan sama efektifnya dengan yang menggunakan sel telur fresh.
Namun beberapa dokter yang mengobati infertilitas mengatakan bahwa pembekuan sel telur ini bukan semata-mata untuk menunda memiliki anak sampai perempuan berusia tua. Tapi diharapkan menjadi metode yang bisa membantu pasien, terutama kanker, dalam mempertahankan kesuburannya.
“Intinya adalah tidak ada jaminan. Banyak perempuan tertarik menggunakan teknologi ini ketika berada diusia akhir 30an atau awal 40an tahun, dan ini memungkinkan hasil yang buruk bagi siapa pun,” ujar Dr Samantha Pfeifer dari University of Pennsylvania, seperti dikutip dari Dailymail, Senin (22/10).
Dalam pedoman tertera bahwa siapapun yang mempertimbangkan untuk membekukan sel telur perlu melakukan konseling mengenai usia dan berapa peluang kesuksesan yang dimiliki jika akan mencairkan sel telur tersebut.
Hal ini karena keberhasilan kehamilan juga dipengaruhi oleh usia. Jika perempuan hamil di atas usia 30 tahun maka ia lebih berisiko mengalami keguguran atau gagalnya embrio menempel di rahim.
Selama beberapa tahun terakhir, pembekuan sel telur telah ditawarkan bagi perempuan muda atau anak perempuan yang didiagnosis memiliki kanker atau penyakit serius lain yang berpotensi merusak indung telurnya.
Dalam proses ini perempuan akan disuntikkan kadar hormon tinggi selama seminggu untuk ovulasi sehingga didapatkan sel telur yang banyak. Lalu sel telur akan diambil dan disimpan, biasanya hanya melalui prosedur rawat jalan saja. (detik.com)
Belum ada komentar