Sydney — Australia menggunakan senjata rahasia andalannya untuk memenangkan keanggotaan sementara dalam Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), yaitu permen coklat Koala. Mereka membagikan permen coklat berbentuk hewan kebanggaan Australia itu kepada setiap delegasi yang memberikan suaranya di markas besar PBB, New York.
“Kami tahu pemungutan suara akan berjalan lama, jadi sedikit asupan gula mungkin akan memperlancar prosesnya,” ujar juru bicara Menteri Luar Negeri Australia, Bob Carr, dikutip dari The Wall Street Journal, Jum’at (19/10).
Prioritas utama Australia meliputi beragam isu. Di antaranya pengesahan pakta perdagangan senjata yang bertujuan mengawasi bisnis jual beli senjata global, pelucutan senjata nuklir, kebijakan yang berkaitan dengan perubahan iklim, penangkapan ikan ilegal, dan penanganan konflik Syria yang berkelanjutan.
Australia berhasil meraih 140 suara dan mengamankan satu dari dua kursi sementara yang tersedia di bawah kategori Eropa Barat dan Negara Lain. Mereka mengalahkan Finlandia sementara kursi lainnya ditempati oleh Luxemburg. Dewan Keamanan PBB terdiri dari lima anggota tetap yaitu Rusia, Inggris, AS, Cina, dan Perancis dan sepuluh anggota sementara yang terpilih. Australia akan bergabung dengan Korea Selatan sebagai anggota sementara mendampingi anggota tetap, Cina, di tengah peralihan kekuatan ekonomi global ke negara-negara Asia. Rwanda dan Argentina menduduki kursi bergilir yang lain.
Namun Australia kini dihadapkan pada persoalan untuk menyeimbangkan kepentingannya di DK PBB. Negara kangguru tersebut terjebak di antara ketergantungan ekonomi dengan Cina dan kerjasamanya dengan AS untuk mengamankan wilayah Asia Pasifik.
“Australia adalah satu-satunya negara yang menjadi sekutu Amerika dalam setiap perang sejak era Perang Dunia II. Kami tidak bisa menjadi pemecah masalah yang adil jika kepentingan AS selalu terlibat di dalamnya,” ujar John Lee, ahli keamanan internasional di University of Sydney.
Tahun lalu, Australia mengijinkan militer AS mendirikan markas bagi 2.500 prajuritnya di utara kota Darwin. Keputusan tersebut dianggap petinggi Cina sebagai warisan Perang Dingin dan usaha AS memulai perang dengan negara komunis.
Anggota PBB melihat Australia dapat memainkan peran yang lebih penting untuk wilayah Asia Pasifik. Australia harus memastikan ketegangan di beberapa negara Laut Cina Selatan tidak merembes ke Asia Pasifik jika ingin mempertahankan negaranya sebagai rute perdagangan penting dalam pengiriman komoditas industri ke penjuru Asia.
“Kami harus melakukan hal yang benar dan pantas, yaitu tetap waspada terhadap setiap permasalahan global,” ujar Michael Fullilove, direktur eksekutif Lowy Institute for International Policy. (wsj)
Belum ada komentar