Banda Aceh — Kematian empat ekor gajah di Aceh dalam waktu dua bulan, Mei dan Juni 2012, membuat geram banyak pihak. Pihak Konservasi Sumber Daya Alam masih menyelidiki peristiwa di Kabupaten Aceh Jaya dan Aceh Timur itu.
“Tim sedang bekerja untuk menyelidiki kematian empat ekor gajah, masing-masing dua ekor jantan dan betina pada Mei dan Juni 2012 di dua lokasi di Aceh,” kata Kepala BKSDA, Abubakar Cekmad di Banda Aceh, Jumat (9/6).
Menurut dia, seperti dilansir Antara, tim terpadu yang melibatkan instansi terkait telah mengambil sampel dari empat ekor gajah Sumatera yang mati di dua wilayah itu. “Bahan-bahan atau sampel itu saat ini masih di tangan tim forensik Polda Sumatera Utara. Mudah-mudahan tidak lama lagi akan ada hasilnya, terutama tentang jenis racun yang mengakibatkan kematian gajah itu,” katanya menambahkan.
Dugaan paling kuat memang gajah-gajah itu diracun. Namun pihaknya belum mengetahui jenis racunnya.
Dia meragukan gajah-gajah itu mati karena dibunuh masyarakat setempat. “Masyarakat, khususnya warga setempat tidak akan membunuh gajah. Bahkan orang Aceh menyebut gajah itu sebagai ‘Poe Meurah’ yang harus dilindungi,” kata Abubakar.
Sementara mengenai dugaan perburuan gading di Aceh, Abubakar Cekmad menyatakan belum bisa memastikan kebenarannya.
Abubakar menyebutkan populasi gajah di Aceh saat ini berkisar 506 ekor, yang tersebar di kawasan hutan provinsi berpenduduk sekitar 4,6 juta jiwa tersebut.
Terancam punah
Pada awal tahun 2012 Lembaga Konservasi Intenasional (International Union for Conservation of Nature/IUCN) menyatakan semua gajah Asia sebagai binatang yang terancam punah (critically endangered), sehingga masuk daftar merah.
Padahal dalam habitatnya, ekosistem hutan, gajah adalah spesies payung yang artinya keberadaannya akan menyelamatkan berbagai spesies kecil dalam ekosistem tersebut. Menurut lembar fakta yang dikeluarkan WWF, dalam sehari gajah makan 150 kg makanan dan minum 180 liter air. Ia akan berjalan dalam areal jelajah 20 kilometer persegi, sehingga membantu regenerasi hutan alam lewat penyebaran biji tanaman dalam kotorannya.
Sayangnya, habitat gajah Sumatera semakin menciut karena terjadi konversi hutan menjadi lahan pertanian, perkebunan, atau pertambangan. Jika kegiatan mengubah hutan tidak dihentikan atau dikurangi, IUCN memperkirakan gajah Sumatera akan punah dalam waktu 30 tahun. Dampak lain yang menyusul jika hal itu terjadi, beberapa spesies kecil di hutan juga akan hilang. (BK/Warta Kota)
Belum ada komentar