DELAPAN penari duduk bersimpuh dan menundukkan kepala mereka, menyembunyikan wajah.
Kostum mereka menyatu dengan lantai, latar, hingga properti beduk yang ada di kiri panggung. Semua berwarna hitam dengan totol-totol kuning.
Begitu Aming Sugandhi, yang juga berkostum polkadot, masuk, tata lampu membuat panggung, juga kostum, berubah warna, mulai dari merah hingga ungu. Dengan gaya khas Aming yang jenaka, ia memberi aba-aba. Satu ketukan beduk, dibalas satu gerak tangan, dan seterusnya.
Terkadang Aming menggoda dengan mendekatkan pemukul ke beduk, namun urung. Aming pun akhirnya menerima tantangan para penari, untuk duduk bersama menarikan Saman.
“Sumpah deg-degan,” kata Aming saat menaiki panggung di auditorium Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, sore ini.
Dengan bendera Psychodiva, seniman Aming Sugandhi berusaha mengawinkan kebudayaan lokal dengan seni populer dan seni kontemporer, sesuai dengan konsep Psychodiva cultural art contemporar. Konsep tradisional diwakili oleh Tari Saman dari Aceh.
Tanpa meninggalkan esensi Tari Saman, Aming menggabungkan seni tradisional itu dengan gaya kontemporer. Baju Aceh yang biasa dipakai saat Tari Saman disulapnya menjadi berwarna hitam dengan totol-totol kuning besar.
“Warna kuning simbol emas. Warna tradisional di Aceh ada merah, kuning… Saya ambil kuning karena menggambarkan keagungan,” kata lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) Fakultas Seni Rupa dan Desain ini.
Pengagum Andy Warhol ini menggabungkan konsep tarian tradisional Aceh dengan konsep Psychodiva yang seperti bunglon, mampu menyesuaikan diri dengan sekitar.
Psychodiva yang aktif sejak tahun lalu merupakan proyek tertunda Aming sejak tujuh tahun yang lalu. Sebagai manusia, Aming ingin ada manifestasi dalam hidupnya. Ia mengambil jalan tengah antara menjadi seorang idealis dan realis.
“Kalau terlalu ideal nanti nggak bisa hidup, kalau terlalu jualan juga nanti gimana,” katanya saat sesi tanya jawab dengan penonton.
Melalui proyek Psychodiva, Aming ingin menunjukkan pada publik bahwa seni bukan sesuatu yang bersifat eksklusif.
“Seni itu mudah, bisa diterima. All human invasion based on art,” katanya.
Aming merencakan dalam proyek-proyek mendatang, ia kembali ingin menggali tari daerah dan memadukannya dengan seni kontemporer.
“Tarian Indonesia udah hebat. Saya ingin bawa tarian Indonesia supaya lebih populer,” katanya. (ant)
Belum ada komentar