Jika daerah lain di Provinsi Aceh mengandalkan wisata laut, bangunan bersejarah, dan hutan tropis, maka di Kuala Langsa wisatawan akan disuguhkan indahnya hutan bakau yang masih sangat alami.
Objek wisata hutan bakau Kuala Langsa terletak sekitar 8 kilometer dari jalan negara Sumatera Utara-Banda Aceh. Objek wisata dibangun sebelum memasuki Pelabuhan Kuala Langsa dan di sisi kiri jalan menuju pelabuhan, wisatawan akan melihat ramainya kafe atau warung makanan ringan yang didirikan warga sekitar.
Warung tersebut cukup menarik wisatawan dari berbagai daerah karena dibangun terapung di sela-sela rimbunan pohon manggrove. Saat menikmati berbagai jenis makanan dan minuman, wisatawan dapat duduk di dalam hutan bakau yang telah disediakan gubuk khusus oleh pemilik warung.
Gubuk yang hanya berpagar kayu tanpa dinding tersebut sengaja dibangun oleh pemilik warung agar wisatawan bisa menikmati indahnya hutan bakau. Akar-akan pohon bakau yang menonjol ke permukaan semakin menambah keindahan objek wisata hutan bakau di Kuala Langsa.
Makanan yang disajikan oleh pemilik warung juga sangat khas karena menu utama yang disediakan adalah makanan laut yang diracik dengan bumbu lokal untuk membuat mi Aceh kepiting, mi udang, nasi goreng kepiting, dan aneka makanan khas cita rasa Aceh lainnya. Air kelapa muda juga termasuk minuman utama yang disediakan oleh pemilik warung.
“Objek wisata ini telah dibangun beberapa tahun yang lalu kira-kira pada 2007. Sebelumnya pengunjung yang ramai hanya pada Minggu atau hari libur, tapi sekarang hampir setiap hari warung-warung yang dibangun di dalam hutan bakau ini dipenuhi oleh pengunjung,” sebut salah seorang warga Kuala Langsa, Munawar, Jumat (19/10).
Munawar mengaku, meskipun hutan bakau tersebut telah disulap oleh warga untuk menjadi objek wisata, tapi warga yang mendirikan warung di hutan bakau tersebut tetap menjaga agar hutan tersebut tetap alami dan tidak rusak.
“Sekarang warga di Kuala Langsa telah menopang hidup dari hutan bakau. Dengan sendirinya, mereka harus tetap menjaga agar hutan tersebut tidak rusak,” ujar Munawar.
Menurutnya, selain menjaga keasrian hutan bakau tersebut karena inisiatif pemilik warung, sebagian besar wisatawan yang datang juga menyampaikan pesan yang sama. “Banyak wisatawan yang datang ke sini meminta agar kami tetap menjaga hutan ini tetap alami dan sampah tidak dibuang sembarangan sehingga merusak hutan. Kami sangat paham hal tersebut,” kata Munawar.
Ia mengatakan, harga makanan yang dijual oleh pemilik warung di Kuala Langsa juga tidak terlalu mahal. “Harganya masih sangat terjangkau dan tidak jauh berbeda dengan harga makanan di luar objek wisata. Kami tetap menjaga agar wisatawan tidak bosan-bosan berkunjung ke sini,” sambung Munawar.
Ia menambahkan, selain menikmati berbagai jenis makanan di dalam hutan bakau, warga juga membangun jembatan khusus sehingga wisatawan bisa berkeliling hutan bakau. “Kami membangun jembatan agar pengunjung bisa melihat-lihat keindahan hutan bakau tanpa harus kotor dengan lumpur. Pengunjung juga bisa melalui beberapa ratus meter hutan bakau sambil melihat luasnya Sungai Langsa,” kata Munawar.
Belajar tentang Alam
Sejumlah wisatawan yang pernah berkunjung ke objek wisata hutan bakau tersebut mengaku sangat berbeda karena jarang ada objek wisata hutan bakau di tempat lain, “Banyak pengetahuan baru yang kita dapat jika berkunjung ke hutan ini. Anak-anak juga dapat belajar tentang alam,” ungkap Desi Wahyuni, seorang pengunjung.
Desi yang mengaku berasal dari Medan, Sumatera Utara, mengatakan bahwa ia sengaja datang dari Medan untuk menikmati keindahan objek wisata hutan bakau. “Saya mendengar dari tetangga kalau di Langsa ada objek wisata hutan bakau. Setelah saya datang ke sini, memang benar hutannya sangat indah dan nyaman,” ungkap Desi.
Lain halnya dengan Bustami, warga Kuala Simpang, Kabupaten Aceh Tamiang, dia bersama keluarga sengaja datang ke Kuala Langsa untuk bisa memperkenalkan monyet kepada dua anaknya yang masih sekolah dasar (SD).
Wisata Bakau Kuala Langsa, selain sebagai ajang rekreasi juga bisa dijadikan sebagai tempat untuk belajar dan mengenal alam bagi anak-anak. Jadi jangan heran, bila Anda berkunjung ke Kuala Langsa maka Anda akan melihat banyak anak-anak yang sengaja diajak orang tuanya untuk melihat berbagai berbagai aktivitas kera tersebut.
“Anak-anak saya sangat suka bila melihat kera yang sedang menggendong bayinya. Anak-anak bingung mengapa anak kera tidak jatuh, padahal induknya loncat-loncat di atas pohon,” ungkap Bustami.
Selain itu, ungkap Bustami, pertanyaan-pertanyaan itu menjadi sebuah pembelajaran yang sangat baik untuk anak-anak. Apalagi, hal-hal seperti ini kan tidak ada dijelaskan di bangku sekolah.
“Jadi tanpa sadar, anak-anak saya telah belajar kehidupan di alam tanpa harus saya paksa untuk belajar,” kaat Bustami lagi.
Objek wisata ini semakin menarik ketika pengunjung yang sedang makan didatangi oleh sejumlah monyet dan meminta bagian. Monyet-monyet tersebut juga akan terus berada di dekat pengunjung jika belum diberikan makanan.
“Ini juga menjadi daya tarik sejumlah pengunjung. Kami kadang-kadang juga bisa mengelus monyet saat sedang makan,” ujar Bustami. (Junaidi Hanafiah/Sinar Harapan)
Belum ada komentar